Adaptasi dan Resistensi Petani Ikan Keramba Jaring Apung Waduk Jatiluhur
DOI:
https://doi.org/10.15294/sspi.v1i.434Keywords:
ekologi politik, ekologi budaya, pengetahuan ekologis lokal, Keramba Jaring Apung, Waduk JatiluhurAbstract
Tulisan ini mengkaji adaptasi dan resistensi di kalangan petani Keramba Jaring Apung (KJA) di Waduk Jatiluhur. Di tengah krisis ekologis yang ditandai oleh degradasi kualitas air dan fenomena upwelling, tekanan dari kebijakan pembatasan berupa pembongkaran oleh otoritas pengelola Waduk Jatiluhur PJT II. Dengan menggunakan kerangka teori ekologi budaya Julian Steward dan teori resistensi James C.Scott studi ini mengkaji bagaimana petani beradaptasi, dan melawan atas perubahan lingkungan dan kebijakan. Menggunakan metode kualitatif hasil penelitian menunjukan adanya dua strategi utama. Pertama, strategi adaptasi yang berakar pada pengetahuan ekologis, mencakup diversifikasi mata pencaharian, rasionalitas dalam pemilihan spesies ikan dan intervensi untuk mencegah risiko. Kedua, strategi resistensi yang beragam, mulai dari perlawanan terbuka yang efektivitasnya dilemahkan oleh fragmentasi komunitas dan elite capture, hingga perlawanan sembunyi-sembunyi yang dominan. Bentuk perlawanan terselubung ini mencakup pelanggaran regulasi berupa pengoperasian KJA ilegal dan melebihi kuota sebagai bentuk reapropriasi ruang ekonomi. Penelitian ini mengungkap adanya infrapolitik dalam relasi di mana hadirnya sabotase kecil yang berfungsi sebagai kritik terhadap ekonomi moral yang timpang. Studi ini menyimpulkan petani KJA Jatiluhur bukanlah korban yang pasif dari adanya krisis ekologi dan tekanan dari kebijakan negara. Sebaliknya mereka merupakan aktor yang aktif secara strategis melalui dua taktik untuk bertahan hidup yaitu adaptasi dan perlawanan.