Bookchapter Seni Universitas Negeri Semarang

PERANCANGAN WEBCOMIC REDEMPTION JOURNEY SEBAGAI MEDIA TRANSFORMASI TOKOH ANTAGONIS KE MENJADI PROTAGONIS

Kartika Juliana, Mujiyono Mujiyono — Fri, 08 Aug 2025 00:00:00 +0700

Fenomena pelabelan negatif terhadap individu dengan masa lalu buruk masih menjadi persoalan sosial, baik di ruang nyata maupun digital. Masyarakat seringkali mengabaikan konteks personal dalam menilai individu. Akibatnya, muncul adanya perlakuan nirempati dari lingkungan sekitar yang berdampak buruk pada cara seseorang menilai dirinya sendiri. Dalam situasi ini, gagasan tentang redemption journey menjadi sangat relevan untuk direfleksi dan diungkapkan dalam sebuah karya seni. Redemption journey adalah perjalanan perubahan dari kejahatan menuju kebaikan melalui penyesalan, refleksi, dan tindakan penebusan. Dalam komik, tema redemption journey hampir jarang disajikan secara objektif. Narasi hanya berfokus pada tokoh protagonis, sedangkan karakter antagonis hanya disoroti sisi destruktifnya tanpa latar belakang yang mendasari tindakannya. Menyikapi hal ini, penulis merancang webcomic berjudul By the Grace of Wraths and Wounds yang menyajikan narasi perjalanan seorang tokoh antagonis dalam menebus kesalahannya di masa lalu dan berupaya mendapatkan penerimaan kembali dari lingkungan di sekitarnya dengan menampilkan pemicu konflik dan kilas balik dari latar belakang tokoh. Webcomic ini dirancang menggunakan teknik digital bergaya kartunal semi realis dengan pendekatan naratif dan emosional. Alat yang digunakan adalah Clip Studio Paint Pro pada Xiaomi Pad 6 dengan bantuan Xiaomi Smartpen Gen 2 dan Aioneus Wireless Keyboard.

Metode perancangan yang digunakan mencakup tahapan pra-produksi (diskusi, penyebaran kuisioner, studi pustaka, dan penulisan naskah), produksi (perancangan ilustrasi dan tata letak panel), serta pasca-produksi (finalisasi teknis dan publikasi). Hasil dari perancangan ini berupa webcomic yang terdiri dari tiga bagian (Prolog, Chapter 1 dan Chapter 2) dan dipublikasikan di platform LINE Webtoon dengan akses tautan sebagai berikut: encr.pw/ByTheGraceOfWnW. Perancangan ini diharapkan dapat mendorong pembaca untuk menumbuhkan empati terhadap karakter yang termarjinalkan secara moral.

SENI GAMBAR DIGITAL BERTEMA SHADOW SELF SEBAGAI MEDIA REFLEKSI DIRI

Nabila Jihan Farista, Mujiyono Mujiyono — Fri, 08 Aug 2025 00:00:00 +0700

Sisi gelap diri (shadow self) merupakan sebuah emosi negatif manusia yang tidak ingin ditunjukkan kepada orang lain. Emosi yang terus-menerus tidak mendapat solusi ruang ungkapan tersebut berubah menjadi konflik batin. Konflik batin berupa kecemasan dan kebingungan antara pilihan penyelesaian pekerjaan atau proyek studi merupakan sumber gagasan dalam penciptaan karya. Penciptaan karya ini bertujuan menghasilkan seni gambar yang menghadirkan suasana konflik batin tersebut secara jujur. Pendekatan berkarya yang digunakan adalah surealisme simbolik. Surealisme simbolik merupakan gaya yang menampilkan objek visual yang tidak ada dalam dunia nyata sebagai lambang dari ide, emosi, atau pengalaman. Tahapan berkarya meliputi tahap prapenciptaan (kuesioner, studi pustaka, dan penyusunan konsep visual), penciptaan (pembuatan karya gambar), dan pascapenciptaan (mengunggah ke Instagram). Alat yang digunakan adalah laptop Lenovo Ideapad 330, iPad Gen 9, Apple Pencil, serta perangkat lunak Clip Studio Paint. Dalam prosesnya gambar ini dibuat dengan teknik digital. Hasil karya berupa gambar yang memadukan elemen surealis dan simbolik untuk menggambarkan konflik batin yang sulit diungkapkan secara verbal. Gambar menampilkan kebimbangan melalui simbol kelinci yang berlarian ke sana kemari, ular besar sebagai simbol ketegangan, serta tangga spiral simbol ketidakpastian arah. Simpulan dari proyek ini adalah proses berkarya tidak hanya berfungsi sebagai sarana ekspresi visual, tetapi juga sebagai proses penemuan makna diri dan penerimaan terhadap sisi gelap sebagai bagian dari keutuhan personal.

Perancangan Buku Ilustrasi “Satu Lagu Lagi!” Sebagai Upaya Pemahaman Koneksi Emosional Pada Penonton Konser

Annisa Widasari, Mujiyono Mujiyono — Wed, 13 Aug 2025 00:00:00 +0700

Konser menawarkan pengalaman sosial dan emosional yang kuat, terutama bagi generasi muda. Namun, konser sering dipandang hanya sebagai hiburan semata. Padahal, konser merupakan ruang terbuka yang memungkinkan audiens menyalurkan emosi, memahami diri sendiri, dan membentuk koneksi sosial saat menikmati musik bersama-sama. Sayangnya, dokumentasi visual yang tersebar luas terhadap konser masih minim yang merekam pengalaman emosional secara utuh, terutama dari sudut pandang penonton. Dari permasalahan tersebut, penulis merancang Satu Lagu Lagi!, sebuah buku ilustrasi yang merekam pengalaman emosional konser. Proyek ini menggunakan pendekatan ilustratif untuk menggambarkan tiga tahapan konser yaitu sebelum, saat, dan setelah. Selain itu, pendekatan emosional digunakan untuk menciptakan efek koneksi emosi pada pembaca. Perangkat yang digunakan mencakup iPad Air 4, Apple Pencil Gen 2, dan laptop Lenovo Ideapad5, dengan aplikasi Procreate 5.3.6, Adobe Photoshop 2020, dan CorelDRAW 2021 (64-Bit) dengan teknik ilustrasi digital. Ilustrasi dicetak menggunakan kertas CTS 150 gr matte dan soft cover laminasi doff. Proses kreatif meliputi pra-produksi (observasi, kuesioner, analisis SWOT), produksi (storyboard, penintaan, pewarnaan digital, tata letak), dan pasca-produksi (presentasi dan tes uji kelayakan). Proyek studi ini menghasilkan sebuah karya ilustrasi berupa buku 26 halaman. Seluruh struktur pesan dibangun melalui karakter, alat, dan teks yang dikomposisi dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip desain. Gaya ilustrasi adalah kartunal, dengan stylized flat shading, warna cerah, dan karakter ekspresif yang dirancang untuk memicu resonansi emosional.