https://bookchapter.unnes.ac.id/index.php/ISK/issue/feedInovasi Sains dan Kesehatan2021-09-15T11:20:31+07:00Open Journal Systems<p>ISBN 978-623-293-507-5</p>https://bookchapter.unnes.ac.id/index.php/ISK/article/view/12MODIFIKASI MAGNETIT MENGGUNAKAN ASAM HUMAT GUNA MENINGKATKAN KEMAMPUAN ADSORPSI TERHADAP ZAT WARNA MALACHITE GREEN2021-09-15T11:20:31+07:00Triastuti Sulistyaningsih[email protected]<p>Senyawa Fe<sub>3</sub>O<sub>4</sub> memiliki luas permukaan yang besar, kapasitas adsorpsi yang besar dan mudah untuk dipisahkan karena medan magnet luar dapat menariknya. Namun, dibalik kelebihan tersebut, Fe<sub>3</sub>O<sub>4</sub> mudah teroksidasi dan mengalami penggumpalan dalam larutan air yang dapat mempengaruhi daya serapnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan modifikasi guna meningkatkan kinerja Fe<sub>3</sub>O<sub>4</sub>. Dalam penelitian ini, dilakukan pelapisan Fe<sub>3</sub>O<sub>4</sub> menggunakan asam humat (AH) sebagai adsorben Fe<sub>3</sub>O<sub>4</sub>-AH untuk meningkatkan kemampuan adsorpsi terhadap zat warna <em>malachite green</em>. Asam humat diperoleh dari hasil isolasi tanah gambut Rawa Pening, Ambarawa, Jawa Tengah. Sintesis Fe<sub>3</sub>O<sub>4</sub> dan Fe<sub>3</sub>O<sub>4</sub>-AH dilakukan menggunakan metode kopresipitasi menggunakan NaOH. Karakterisasi material menggunakan <em>Fourier Transform Infrared</em> (FTIR) <em>Spectroscopy</em><em>,</em> <em>X-Ray Diffraction</em> (XRD) dan <em>Surface Area Analyzer</em> (SAA) Hasil karakterisasi menunjukkan adanya pembentukan ikatan antara gugus karboksilat pada AH dengan Fe pada Fe<sub>3</sub>O<sub>4</sub> dan pelapisan asam humat pada magnetit tidak mengubah bentuk fasanya serta pelapisan AH mampu meningkatkan luas permukaan dari Fe<sub>3</sub>O<sub>4. </sub>Adsorpsi zat warna <em>malachite green</em> oleh asam humat optimum pada pH 3 selama 60 menit dengan konsentrasi awal optimum 96,95 mg/L, Fe<sub>3</sub>O<sub>4 </sub> optimum pada pH 7 selama 90 menit dengan konsentrasi awal optimum 83,48 mg/L dan Fe<sub>3</sub>O<sub>4</sub>-AH optimum pada pH 3 selama 90 menit dengan konsentrasi awal optimum 104,15 mg/L.</p>2021-05-05T00:00:00+07:00Copyright (c) 2021 Inovasi Sains dan Kesehatanhttps://bookchapter.unnes.ac.id/index.php/ISK/article/view/13DEASETILASI KITIN DARI CANGKANG BEKICOT (Achatina ullica) MENJADI KITOSAN DAN APLIKASINYA SEBAGAI EDIBLE FILM2021-09-15T11:15:45+07:00Megawati MegawatI[email protected]Astrilia Damayanti[email protected]<p>Plastik merupakan polimer sintetik yang tidak dapat terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga perlu dikembangkan plastik ramah lingkungan. Pengolahan cangkang bekicot menjadi kitin dan selanjutnya diproses menjadi kitosan dapat diaplikasikan menjadi <em>edible film</em> yang dapat menggantikan plastik sintetik.</p> <p> Pengambilan kitin dilakukan dengan deproteinasi dan demineralisasi. Deproteinasi dilakukan dengan mencampur cangkang bekicot dan 1:10 (w/v) NaOH 3,5% (w/v) dan merefluksnya selama 2 jam. Sedangkan demineralisasi dilakukan dengan merefluks campuran serbuk hasil deproteinasi dengan 1:15 (w/v) HCl 1M selama 30 menit. Kitin dapat ditransformasikan menjadi kitosan melalui deasetilasi menggunakan NaOH 40% (w/v) dengan perbandingan 1:20 (w/v) dan merefluksnya selama 1 jam. Kitosan yang diperoleh dihitung rendemennya dan dikarakterisasi menggunakan FTIR untuk mengetahui derajat deasetilasinya. Pembuatan <em>edible film</em> dilakukan dengan mereaksikan 1 g kitosan dengan 100 mL asam asetat 1% pada suhu 50 <sup>o</sup>C selama 1 jam.</p> <p> Hasil deproteinasi cangkang bekicot menghasilkan rendemen 70,47% sedangkan proses demineralisasi menghasilkan rendemen 25,27%. Pada deasetilasi kitin dari cangkang bekicot dengan variasi suhu 50, 60, 70, 80 dan 90 <sup>o</sup>C masing-masing menghasilkan rendemen 79,2; 79; 82,4; 79 dan 85%. Suhu 90 <sup>o</sup>C merupakan kondisi optimum proses deasetilasi kitin. Derajat deasetilasi kitosan yang diperoleh 79,42% dan <em>edible film</em> yang dihasilkan berupa lembaran tipis tak berwarna dan kaku.</p>2021-05-05T00:00:00+07:00Copyright (c) 2021 Inovasi Sains dan Kesehatanhttps://bookchapter.unnes.ac.id/index.php/ISK/article/view/14KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN TUBERKULOSIS MELALUI QUOTE TB LIGHT SEBAGAI UPAYA “TO END TB”2021-09-15T11:11:07+07:00Sri Ratna Rahayu[email protected]<p>Kualitas pelayanan TB menjadi komponen utama dalam pencapaian target “End TB” di Indonesia. Keterlibatan pasien dalam menilai kualitas pelayanan salah satu upaya memperbaiki continuum of care. Tujuan penelitian ini untuk menilai kualitas pelayanan pelayanan kesehatan dalam perspektif pasien di Puskesmas Kota Semarang. Penelitian dengan cross sectional deskriptif ini dilakukan di Puskesmas, dengan total responden sebanyak 138 pasien. Kriteria responden yaitu pasien TB yang teregistrasi dan melakukan pengobatan TB di Puskesmas (termasuk pasien resisten obat dan <em>dropout</em>). Pengumpulan data dengan wawancara menggunakan instrumen <em>QUOTE TB Light</em> yang berisi 9 dimensi kualitas pelayanan. Data dianalisis secara deskriptif dengan formula di Ms. Excel yang telah disediakan. Hasil penelitian, ditemukan pada aspek pelayanan sama, durasi waktu diskusi, cara penyelesaian masalah, hubungan TB-HIV, ketersediaan air minum, toilet, dan prioritas pasien, kompetensi professional, serta bantuan untuk pasien yang dinilai pasien perlu adanya perbaikan (QI>1). Maka disimpulkan, masih perlu adanya perbaikan kualitas pelayanan TB di Puskesmas Kota Semarang. Diharapkan para provider dapat menjadikan ini sebagai pertimbangan peningkatan kualitas pelayanan TB, karena sebagai upaya dalam penanggulangan TB untuk mencapai target “End TB”.</p>2021-05-05T00:00:00+07:00Copyright (c) 2021 Inovasi Sains dan Kesehatanhttps://bookchapter.unnes.ac.id/index.php/ISK/article/view/15APLIKASI SPEKTROSKOPI INFRAMERAH UNTUK ANALISIS TANAMAN DAN OBAT HERBAL2021-09-15T11:01:58+07:00Mohammad Alauhdin[email protected]Willy Tirza Eden[email protected]Dante Alighiri[email protected]<p>Sebagai negara tropis, Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati, termasuk diantaranya adalah tumbuhan obat. Tumbuhan obat merupakan bahan dasar untuk pembuatan obat-obatan herbal. Untuk mendapatkan obat-obatan herbal yang berkualitas, pengetahuan tentang komponen-komponen aktif di dalamnya baik secara kualitatif maupun kuantitatif mutlak diperlukan. Spektroskopi inframerah merupakan salah satu metode alternatif untuk analisis produk herbal. Metode ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya cepat, preparasi sampel yang mudah, dan bersifat non-destruktif. Seringkali metode ini dikombinasikan dengan kemometri untuk mendapatkan hasil analisis yang akurat. Metode ini mampu memberikan hasil yang valid sebagaimana diperoleh dari metode kromatografi atau spektrofotometri UV. Aspek kecepatan dan kepraktisan metode spektroskopi inframerah ini menjadikannya cocok untuk diterapkan pada analisis rutin, seperti untuk keperluan pengendalian mutu (<em>quality control</em>) pada industri obat-obatan herbal.</p>2021-05-05T00:00:00+07:00Copyright (c) 2021 Inovasi Sains dan Kesehatanhttps://bookchapter.unnes.ac.id/index.php/ISK/article/view/17FOTOKATALIS Ni-N-TiO2 UNTUK DEGRADASI METILEN BIRU2021-09-15T10:42:35+07:00Sigit Priatmoko[email protected]<p>Sintesis dan karakterisasi material fotokatalis Ni-N-TiO<sub>2</sub> menggunakan metode sol gel telah dilakukan. Tujuan riset adalah untuk mempelajari pengaruh doping Ni dan N terhadap TiO<sub>2</sub> dengan prekusor Ti-butoksida yang akan digunakan untuk degradasi metilen biru. Sintesis dilakukan dengan memvariasi suhu kalsinasi, persen mol Ni dan persen mol N. Variasi suhu kalsinasi dilakukan pada suhu 400<sup>˚</sup>C; 500<sup>°</sup>C dan 600<sup>°</sup>C, variasi persen mol Ni dan persen mol N adalah 2,5%; 5% dan 10%. Sampel hasil sintesis dikarakterisasi menggunakan XRD, DR-UV, FTIR, SEM-EDX dan dilakukan uji ativitas degradasi metilen biru menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Hasil analisis dengan XRD menunjukkan fasa anatas pada suhu 450<sup>o</sup>C pada puncak-puncak 25,35<sup>˚</sup>; 38,62<sup>˚</sup>; 48,09<sup>˚</sup>; 55,12<sup>˚</sup>; 62,75<sup>˚</sup> dengan ukuran partikel masing-masing 8,48 nm; 12,1 nm dan 14,18 nm. Hasil karakterisasi DR-UV menunjukkan bahwa peningkatan persen mol Ni menurunkan nilai <em>band gap</em> TiO<sub>2</sub>, sedangkan untuk doping N terjadi hal sebaliknya. Untuk doping ganda Ni dan N, peningkatan salah satu dopan meningkatkan nilai band gap TiO<sub>2</sub>. Hasil karakterisasi dengan FTIR menunjukkan serapan utama pada daerah 500-900 cm<sup>-1</sup> yang merupakan vibrasi ulur Ti-O pada TiO<sub>2</sub>, 3448 cm<sup>-1</sup> merupakan vibrasi ulur O-H milik ikatan Ti-OH, dan serapan pada daerah 1635 cm<sup>-1</sup> merupakan vibrasi tekuk O-H milik H<sub>2</sub>O. Spektrum 407,63 dan 1473,62 merupakan spektrum dari Ti-N dan N-O. Uji aktivitas katalis Ni-N-TiO<sub>2</sub> menunjukkan waktu optimum degradasi pada menit ke 60 dengan persentase degradasi 60,15%.</p>2021-05-05T00:00:00+07:00Copyright (c) 2021 Inovasi Sains dan Kesehatanhttps://bookchapter.unnes.ac.id/index.php/ISK/article/view/18KARBON AKTIF BERBASIS ECENG GONDOK2021-09-15T10:27:22+07:00Widi Astuti[email protected]Triastuti Sulistyaningsih[email protected]<p>Limbah zat warna sintetis yang dihasilkan dari industri batik, tekstil, tinta dan cat memberikan dampak negatif bagi lingkungan perairan karena bersifat toksik, mutagenik, karsinogenik, dan sulit terdegradasi. Adsorpsi menggunakan karbon aktif berbasis limbah biomasa merupakan metode yang efektif dalam pengolahan limbah cair mengandung zat warna. Salah satu limbah biomassa yang dapat digunakan sebagai prekursor dalam sintesis karbon aktif adalah eceng gondok karena kandungan lignoselulosanya yang tinggi. Untuk menurunkan penggunaan energi dan memperbaiki karakteristik karbon aktif, proses aktivasi kimia dilakukan dengan bantuan gelombang mikro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivasi dengan NaOH menggunakan pemanasan gelombang mikro menghasilkan karbon aktif dengan ukuran pori yang lebih besar dan seragam (12,4-16,2 mm) daripada penggunaan pemanasan konvensional menggunakan <em>tubular furnace</em> yang pada umumnya digunakan pada sintesis karbon aktif (4,95-14 mm). Sementara, karbon tanpa aktivasi mempunyai ukuran pori 3,4-5,3 mm. Uji adsorpsi terhadap zat warna brilliant blue menunjukkan 92,3% zat warna dapat teradsorpsi pada pH 2. Dalam hal ini, kesetimbangan dicapai setelah 150 menit. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa model isotherm Langmuir lebih sesuai daripada model isotherm Freundlich dengan nilai kapasitas adsorpsi 140,55 mg/g.</p>2021-05-05T00:00:00+07:00Copyright (c) 2021 Inovasi Sains dan Kesehatan